A.Pengertian Peta Konsep
Konsep dapat didefenisikan dengan
bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol
dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian
pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi
berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan
mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Tidak ada satu pun definisi yang dapat
mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang
diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian
internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan
harus disimpulkan dari perilaku.
Konsep merupakan dasar untuk berpikir,
untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan
demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.
Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam
suatu unit semantic.
George Posner dan Alan Rudnitsky dalam Nur
(2001b: 36) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep
menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.
Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu
dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian
integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002: 26) diferensiasi progresif
adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang
penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru
dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya.
B.Ciri Peta Konsep
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa
dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu
topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta
konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan
sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar
(1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah
suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu
bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat
sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari
bidang studi itu lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar
dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri
inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara
konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan
cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.
3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara
menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot
yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih berbobot dari pada
konsep-konsep lain.
4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua
atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif,
terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Peta konsep dapat menunjukkan secara visual
berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di
dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk
mengetahui perbedaan pemahaman konsep yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat
pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep
merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah
informasi baru (Arends,1997:251).
C. Cara Menyusun Peta Konsep
Menurut Dahar (1988:154) peta konsep
memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa
hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah
belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu
peta konsep.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau
prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau
konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah
atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder
di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut
dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:
1. Memilih suatu bahan bacaan
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
3. Mengelompokkan (mengurutkan )
konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam
suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau
di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut
dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”,
dan lain-lain.
D. Peta Konsep Sebagai Alat Ukur Alternatif
Tes seperti pilihan ganda yang selama ini
dipandang sebagai alat ukur (uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang
pendidikan tertentu, bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan
keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan
sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep adalah
salah satu bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa dari sisi yang
berbeda. Penilaian kinerja adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai
kemampuan dan keterampilan siswa berdasarkan pada pengamatan tingkah lakunya
selama melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa selama kegiatan. Menurut
Tukman dalam Sutowijoyo (2002: 31) penilaian kinerja adalah penilaian yang
meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau suatu
peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila
menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa secara aktif
mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling penting, penilaian
kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan pengajaran, pemahaman
terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan yang dapat mereka kerjakan.
Berdasarkan teori belajar kognitif terdapatskema penilaian yang terdiri atas:
Struktur hirarki, perbedaan progresif, dan rekonsiliasi integratif.
Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif
yang diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang
lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan
proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Perbedaan progresif
menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana
konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak
kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari,
tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi
integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa
menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan konsep atau
proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini diperlihatkan dengan
kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,1988: 162)
Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan
suatu aturan untuk mengikuti penilaian numerik jika skoring dipandang perlu.
Pertama, Skoring didasarkan atas preposisi yang valid. Kedua, untuk menghitung
level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak hubungan yang
dibuat. Ketiga, Crosslink yang menunjukan hubungan valid antara dua kumpulan
(segmen) yang berbeda adalah lebih penting daripada level hirarkis, karena
mungkin saja ini pertanda adanya penyesuaian yang integratif. Keempat,
diharapkan siswa dapat memberikan contoh yang spesifik dalam beberapa kasus
untuk meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang ditunjukan
oleh label konsep.
E. Jenis - Jenis Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24)
peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai
kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta
konsep laba-laba (spider concept map).
1. Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat,
sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada
garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat
mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar
konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan
menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus.
Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu
Pohon jaringan cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal:
a. Menunjukan informasi sebab-akibat
b. Suatu hirarki
c. Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
2. Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan
bahwa peta konsep rantai kejadian
dapat digunakan untuk memerikan suatu
urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam
suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal:
a. Memerikan tahap-tahap suatu proses
b. Langkah-langkah dalam suatu prosedur
c. Suatu urutan kejadian
3. Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian
kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu
menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu
menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan
tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan
hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan
suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
4. Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk
curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.
Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu
jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan
dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu
menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep
laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a. Tidak menurut hirarki, kecuali berada
dalam suatu kategori
b. Kategori yang tidak paralel
c. Hasil curah pendapat
Proses mengajarkan strategi belajar
digunakan dua pendekatan pengajaran utama, yaitu pengajaran langsung dan
pengajaran terbalik (Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung merupakan suatu
pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam
melatihkan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif,
prosedural, dan kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan
deklaratif tentang strategi-strategi tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan,
mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana strategi itu serupa atau berbeda
dengan strategi-strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural,
sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di
samping itu juga menggunakan pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan
mengapa menggunakan strategi tertentu.
0 Komentar
Silahkan berkomentar :)